TUGAS UJIAN MID SEMESTER MATA KULIAH
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
NAMA :
EMI KALSUM
N I M :
06122503022
|
PROGRAM STUDI
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
|
1. Gagne
melihat proses belajar mengajar dibagi menjadi beberapa komponen penting yaitu
(1). Fase – fase pembelajaran
KEJADIAN=KEJADIAN
BELAJAR
(Dahar, 2012, hal. 126)
PEMANGGILAN
|
KODING
MULAI PENYIMPANAN
|
TRANSFER
|
PEMBERIAN
RESPON
|
REINFORCEMENT
|
HARAPAN
|
PERHATIAN
PERSEPSI SELEKTIF
|
PENYIMPANAN
MEMORI
|
FASE PENGENALAN
FASE PEROLEHAN
FASE
RETENSI
FASE
PEMANGGILAN
FASE GENERALISASI
FASE PENAMPILAN
FASE UMPAN BALIK
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi
yang banyak melakukan penelitian mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan
belajar, dan hirarki belajar. Dalam penelitiannya ia banyak menggunakan materi
matematika sebagai medium untuk mengujipenerapan teorinya ((Depdiknas, 2005, hal. 13) Gagne dalam (Dimyati,
2005, hal. 14) menyatakan
belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Menurut Hudojo (1990:13)
teori merupakan prinsip umum yang didukung oleh data dengan maksud untuk
menjelaskan suatu fenomena. Sedangkan belajar merupakan suatu usaha yang berupa
kegiatan hingga terjadi perubahan tingkah laku yang relatif/ tetap. Dari pengertian
teori dan belajar tersebut, secara ringkas dapatlah dikatakan, teori belajar
menyatakan hukum-hukum/ prinsip-prinsip umum yang melukiskan yang melukiskan
kondisi terjadinya belajar.Dalam teorinya,
Gagne mengemukakan delapan fase dalam suatu tindakan belajar (Dahar, 2012, hal. 124-126) . Fase-fase itu
merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh siswa.
Kedelapan fese yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.
Fase
Motivasi
Siswa (yang belajar) harus
diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh
hadiah. Misalnya, siswa-siswa dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi
keingintahuan merekatentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka atau
dapat menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
2. Fase Pengenalan
Siswa harus memberi
perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian instruksional,
jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang
relevan tentang apa yang dikatakan guru, atau tentang gagasan-gagasan utama
dalam buku teks.
3.
Fase
Perolehan
Bila siswa memperhatikan
informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi
tidak langsung terserap dalam memori ketika disajikan, informasi itu di ubah
kedalam bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan materi yang telah ada
dalam memori siswa.
4.
Fase
Retensi
Informasi baru yang
diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali (rehearsal), praktek (practice),
elaborasi atau lain-lainnya.
5.
Fase
Pemanggilan
Mungkin saja kita dapat
kehilangan hubungan dengan informasi dalam memori jangka-panjang. Jadi bagian
penting dalam belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah
dipelajari, untuk memangil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
6. Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu
kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi
itu dipelajari. Jadi, generalisasiatau transfer informasi pada situasi-situasi
baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat ditolong dengan
memintapara siswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru.
7. Fase Penampilan
Siswa harus memperhatikan
bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak.
8. Fase Umpan Balik
Para siswa memperoleh
umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau
belum mengerti tentang apa yang diajarkan.
(2). Kategori utama kapabilitas/kemampuan manusia/outcomes
Selama ini kita merumuskan
kompetensi dasar berdasarkan taksonomi Bloom dengan tiga domainnya, yaitu : domain
kognitif, domain afektif, dan domain psikomotor. Padahal Gagne mengembangkan pula tujuan-tujuan
belajar yang dikenal dengan taksonomi
Gagne. Menurut Gagne tingkah laku
manusia yang sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat
mengklasifikasikan tingkah laku sedemikian rupa sehingga dapat diambil implikasinya yang
bermanfaat dalam proses belajar. Gagne
mengemukakan bahwa keterampilan-keterampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut
kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas.
Kapabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki
manusia karena ia belajar. Kapabilitas
dapat diibaratkan sebagai tingkah laku akhir dan ditempatkan pada puncak membentuk suatu piramida. Misalnya
seseorang tidak akan dapat menyelesaikan
tugasnya apabila tidak terlebih dahulu mengerjakan tugas a dan b. Piramida tersebut digambarkan sebagai berikut
:
KAPABILITAS
|
A
|
B
|
Akan tetapi untuk menyelesaikan
tugas a seseorang mesti menyelesaikan tugas
c dan d terlebih dahulu, sedangkan untuk tugas b, seseorang itu harus menyelesaikan terlebih dahulu tugas e, f, dan
g. Agar lebih jelas, perhatikanlah gambar
berikut
KAPABILITAS
|
A
|
B
|
C
|
D
|
F
|
G
|
E
|
Gagne mengemukakan 5
macam hasil belajar atau kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu bersifat
afektif dan satu bersifat psikomotor. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima
kategori kapabilitas sebagai berikut : (Ali Muhammad H, 2008)
1.
Informasi verbal
2.
Keterampilan Intelektual
Kapabilitas keterampilan
intelektual merupakan kemampuan untuk
dapat membedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah.
Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual menurut Gagne
dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu, belajar isyarat, belajar stimulus
respon, belajar rangkaian gerak, belajar rangkaian verbal, belajar
memperbedakan, belajar pembentukan konsep belajar pembentukan aturan, dan
belajar pemecahan masalah. Tipe belajar tersebut terurut kesukarannya dari yang
paling sederhana (belajar isyarat) sampai kepada yang paling kompleks belajar
pemecahan masalah.
a.
Belajar Isyarat
Belajar isyarat adalah belajar yang tidak
diniati atau tanpa kesengajaan, timbul sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus)
sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada individu yang bersangkutan.
Sebagai contoh, sikap guru yang sangat menyenangkan siswa, dan membuat siswa
yang mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran yang diajarkan oleh
guru tersebut. Contoh yang lain, misal pada suatu kelas yang diberikan
pelajaran kimia, seorang anak yang tak
dapat mengerjakan soal kimia tersebut dicemoohkan oleh guru. Karena cemoohan guru tersebut anak tidak dapat
menyenangi pelajaran kimia
b.
Belajar stimulus respon
Belajar stimulus respon
adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan pada belajar
isyarat pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau sengaja dan
dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki suatu stimulus yang
datangnya dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot kemudian diiringi
respon yang dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu antara
stimulus dan respon. Misalnya siswa siswa melakukan praktikum uji lakmus
setelah dicontoh oleh guru secara demonstrasi
c.
Belajar rangkaian gerak
Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan
jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus
respon dalam suatu rangkaian berhubungan
erat dengan stimulus respon yang lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama. Sebagai contoh,
misalnya seorang anak akan menggambar sebuah lingkaran yang pusat dan panjang
jari-jarinya diketahui. Untuk melakukan kegiatan tersebut anak tadi melakukan
beberapa langkah terurut yang saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan
tersebut terdiri dari rangkaian stimulus
respon, dengan langkah-langkah sebagai berikut : anak memegang sebuah jangka,
meletakkan salah satu ujung jangka pada sebuah titik yang telah ditentukan
menjadi pusat lingkaran tersebut, kemudian mengukur jarak dari titik tadi,
setelah itu meletakkan ujung jangka
lainnya sesuai dengan panjang jari-jari, lalu memutar jangka tersebut
d.
Belajar rangkaian verbal
Pada belajar rangkaian verbal merupakan
perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut
dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam satu
rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian
yang sama. Contoh, ketika mengamati suatu benda terjadilah hubungan stimulus
respon yang kedua, yang memungkinkan anak tersebut menamai benda yang diamati
tersebut. Contoh dalam kimia, seorang anak mengamati larutan yang sedang sedang
diuji dengan alat uji elektrolit hasilnya menunjukkan bahwa lampunya nyala
terang dan gelembungnya banyak sehingga anak tersebut menyebutkan larutan
tersebut larutan elektrolit kuat
e.
Belajar memperbedakan
Belajar memperbedakan adalah belajar
membedakan hubungan stimulus respon sehingga
bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep, dalam merespon
lingkungannya, anak membutuhkan keterampilan-keterampilan sederhana sehingga dapat membedakan suatu objek
dengan objek lainnya, dan membedakan
satu simbol dengan simbol lainnya. Terdapat dua macam belajar memperbedakan
yaitu memperbedakan tunggal dan memperbedakan jamak. Contoh membedakan tunggal.
“siswa dapat menyebutkan segitiga
sebagai lingkungan tertutup sederhana
yang terbentuk dari gabungan tiga buah ruas garis”. Contoh memperbedakan jamak,
siswa dapat menyebutkan perbedaan dari dua
jenis segitiga berdasarkan besar sudut dan sisi-sisinya. Berdasarkan besar
sudut yang paling besar adalah sudut siku-siku dan sisi terpanjang adalah sisi
miringnya, sementara pada segitiga sama sisi besar sudut-sudutnya sama begitu
pula dengan besar sisi-sisinya.
f.
Belajar Pembentukan Konsep
Belajar Pembentukan Konsep adalah belajar
mengenal sifat bersama dari bendabenda konkret, atau peristiwa untuk
mengelompokkan menjadi satu. Misalnya untuk memahami konsep persegipanjang anak
mengamati daun pintu rumah (yang bentuknya persegi panjang) papan tulis,
bingkai foto (yang bentuknya persegipanjang) dan sebagainya. Untuk hal-hal
tertentu belajar pembentukan konsep
merupakan lawan dari belajar memperbedakan. Belajar memperbedakan menginginkan anak dapat membedakan objek-objek
berdasarkan karakteristiknya yang
berlainan, sedangkan belajar pembentukan konsep menginginkan agar anak dapat
mengklasifikasikan objek-objek ke dalam kelompok-kelompok yang memiliki karakteristik sama.
g.
Belajar Pembentukan Aturan
h.
Belajar memecahkan masalah (problem solving)
Belajar memecahkan
masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks
daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar
memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat
formulasi penyelesaian masalah. Contoh belajar memecahkan masalah mencari
perbedaan asam basa dengan uji lakmus. Mencelupkan kertas lakmus kedalam satu
larutan maka akan terlihat jika kerta lakmus biru itu berwarna merah maka
larutan tersebut bersifat asam, tetapi jika kertas lakmus merah yang berwarna
biru maka larutan tersebut basa.
3.
Strategi Kognitif Kapalilitas
strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta
mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan
sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga
memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh
tingkah laku akibat kapabilitas strategi kognitif, adalah menyusun
langkah-langkah penyelesaian masalah matematika.
4.
Sikap
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat
terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang
diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula
negatif, hal ini tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud,
apakah sebagai objek yang penting atau tidak. Contoh, seseorang memasuki toko
buku yang didalamnya tersedia berbagai macam jenis buku, bila orang tersebut
memiliki sikap positif terhadap matematika, tentunya sikap terhadap matematika
yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku matematika atau
buku yang lain selain buku matematika.
5.
Keterampilan Motorik
Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita
dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan
otot-otot, serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan
dalam mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika merupakan salah satu contoh
tingkah laku kapabilitas ini. Contoh lain yang lebih sederhana misalnya
kemampuan menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat
tadi untuk membagi sama panjang suatu garis lurus.
(3). Kondisi atau tipe
pembelajaran
Kondisi internal adalah:
1. Keadaan
di dalam dari individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran.
2. Proses
kognitif yang terjadi dari dalam individu selama proses pembelajaran berlangsung.
Kondisi eksternal adalah berbagai
rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses
pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal
menghasilkan hasil pembelajaran.
Sumber ; (Gredler, 2012, hal. 178)
Kondisi Belajar Internal Hasil
Belajar
Keadaan internal pemelajar dan
proses kognitif
|
Berinteraksi dengan
Stimuli dari Lingkungan
|
Kegiatan Instruksi
Kondisi Belajar Eksterrnal
Kondisi Belajar Interal menurut
gagne adalah kondisi belajar internal terdiri dari a) prasyarat internal untuk
mempelajari kapabilitas tertentu dan b) seperangkat proses kognitif yang
terlibat di dalam belajar. Prasyarat Internal ada dua keadaan yaitu prasyarat
esensial dan prasyarat pendukung. Prasyarat pendukung adalah kemampuan yang memfasilitasi
belajar dalam lima ragam belajar atau lintas katagori. Sikap percaya diri dalam
belajar adalah salah satu contoh yang relevan untuk semua ragam belajar.
Prasyarat eksensial adalah keterampilan tertentu yang menjadi integral dari
belajar baru (Gredler, 2012, hal. 184)
Kondisi belajar eksternal menurut
gagne untuk lima unit ragam adalah hasil pembelajaran yang merupakan merupakan
keluaran dari pemrosesan yang berupa kecakapan manusia (Human Capabilities)
yang terdiri atas: (Gredler, 2012, hal. 203)
|
Persiapan belajar
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Transfer belajar
|
Informasi verbal
|
Mengaitkan materi baru dengan kerangka informasi pemelajar
|
Memberikan konteks informasi yang bermakna untuk penyandian. Memberikan
elaborasi pencitraa, atau petunjuk penyadian lain. Untuk isis pengetahuan ,
informasi disajikan sehingga dapat dipelajari sepotong demi sepotong
|
Memberi petunjuk untuk relevansi dan generalsiasi yang efektif
|
Keterampilan Intelektual
|
Menstimulasi pengingatan keterampilan prasyarakat
|
Memberikan contoh konkret dan aturan yang bervariasi. Memberikan
kesempatan berinterakis dengan contoh-contoh melalui cara yang berbeda-beda.
Memberi asesmen dalam situasi baru
|
Menggunakan beragam konteks dan situasi baru untuk meningkatkan transfer
|
Strategi kognitif
|
Menunculkan ingatan ketrampilan intelektual yang dibtuhkan
|
Jika tugas spesifik, mendeskripsikan strategi; jika umum, tunukkan
strategi. Memberi kesempatan untuk melatih strategi dengan dukungan dan umpan
balik
|
Memberik maslaah yang belum diakrabi untuk pemanfaatan strategi
|
Keterampilan motorik
|
Menunjukan kinerja keterampilan yang akan dipelajari. Menstimulasi
ingatan sebagian keterampilan jika diperlukan
|
Membangun subrutin pelaksanaan dan memberikan peluang untuk pelatihan
mental. Mengatur beberapa pengulangan keterampilan dengan tanggapan korektif
|
Menyediakan kesempatan melakukan keterampilan dalam latar fidik yang baru
|
sikap
|
Pemelajar tidak secara langsung diberi informasi tentang tujuan.
Memastikan agar pemelajar menghargai model
|
Memberikan penghargaan pada model yang melakukan perilaku positif dan
memperkuat model. Ketika pemelajar melakukan perilaku itu beri dia penguatan
|
Memberi kesempatan pemelajar untuk melanjutkan pelaksanaan perilaku, dan
memberi penguatan
|
1. Informasi Verbal
Informasi verbal adalah hasil
pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal
(kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau lisan. Informasi verbal
adalah berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta,
pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan mengenai berbagai hal dalam
bentuk verbal.
2. Kecakapan Intelektual
Kecakapan intelektual adalah
kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan yang menggunakan
simbol-simbol. Misalnya simbol-simbol dalam bentuk matematik, seperti
penambahan, pengurangan, pembagian, perkalian dan sebagainya. Kecakapan
intelektual ini mencakup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi). Konsep
intelektual sangat diperlukan dalam menghadapi pemecahan masalah.
3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif ialah kecakapan
individu untuk melakukan pengendalian dan mengelola (management)
keseluruhan aktifitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini
kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir agar terjadi aktifitas
yang efektif. Kalau kecakapan intelektual lebih banyak terarah kepada proses
pemikiran pelajar. Strategi kognitif ini memberikan kemudahan bagi para pelajar
untuk memilih informasi verbal dan kecakapan intelektual yang sesuai untuk
diterapkan selama proses pembelajaran dan berfikir. Berbagai macam sttrategi
kognitif antara lain : (Dahar, 2012, hal. 122-123)
a. Strategi menghapal
Siswa melakukan latihan mereka sendiri tentang materi
yang dipelajari . contohnya : latihan mengulang nama-nama dalam suatu urutan
seperti nama-nama pahlawan nasional
b. Strategi elaborasi
Siswa mengasosiasikan hal-hal yang akan dipelajari
dengan bahan-bahan yang tersedia. Contohnya pembautan ringkasan dari materi
pelajaran
c. Strategi pengaturan
Siswa menyusun materi yang akan dipelajari ke dalam
kerangka yang teratur menjadi kategori-kategori yang bermakna
d. Strategi metakognitif
Metakognitif, yang melandasi strategi kognitif merupakan keterampilan siswa dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya
(Preisseisen, 1985)
dalam (Rumate, 2005) , meliputi :
1. Keterampilan pemecahan
masalah (problem solving), yaitu keterampilan individu dalam menggunakan
proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis
informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih penyelesaian
masalah yang efektif.
2.
Kemampuuan
pengambilan keputusan (decision making),
yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memilih
suatu keputusan yang terbaik dari beberapa pilihan yang ada melalui pengumpulan
informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan setiap alternatif, analisis
informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan-alasan
yang rasional.
3.
Kemampuan
berpikir kritis (critical thinking),
yaitu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya untuk
menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang
sahih melalui “logical reasoning” , analisis asumsi dan bias dari argumen, dan
interpretasi logis.
4.
Keterampilan
berpikir kreatif (creative
thinking), yaiyu keterampilan individu dalam menggunakan proses berpikirnya
untuk menghasilkan suatu ide yang baru dan konstruktif, berdasarkan
konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang rasional maupun persepsi dan intuisi
individu
Keterampilan-Keterampilan
tersebut tidak terpisah melainkan terintegrasi satu dengan yang lain. Jadi pada
saat bersamaan ketika mahasiswa menggunakan strategi kognitifnya untuk
memecahkan masalah, dia juga menggunakan keterampilannya untuk mengambil
keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.
e. Strategi afektif
Teknik digunakan para siswa untuk memusatkan dan
mempertahankan perhatian untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu
secara efektif.
4. Sikap
Sikap ialah hasil pembelajaran yang
berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan.
Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan didalam diri individu
yang akan member arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu objek atau
rangsangan. Dalam sikap terdapat pemikiran, peradaan yang menyertai pemikiran,
dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan Motorik
Kecakapan motorik ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan
pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
(4). Hubungan fase-fase dengan KEJADIAN=KEJADIAN BELAJAR
PEMANGGILAN
|
KODING
MULAI PENYIMPANAN
|
TRANSFER
|
PEMBERIAN
RESPON
|
REINFORCEMENT
|
HARAPAN
|
PERHATIAN
PERSEPSI SELEKTIF
|
PENYIMPANAN
MEMORI
|
2.Memberi
tahu tujuan belajar
FASE PENGENALAN
3.Mengarahkan
perhatian
FASE PEROLEHAN
4.Merangsang
ingatan
5.Menyediakan bimbingan
FASE RETENSI
FASE PEMANGGILAN
6.Melancarkan retensi
FASE GENERALISASI
7. Melancarkan
transfer beljar
FASE PENAMPILAN
memperlihatkan
penampilan
FASE UMPAN BALIK memberikan
Umpan balik
Berdasarkan analisisnya
tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne (Dahar, 2012,
hal. 126-130)
menyarankan adanya kejadian-kejadian instruksi yang ditujukan pada guru dalam
menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok siswa. Kejadian-kejadian instruksi
itu adalah:
1.
Mengaktifkan Motivasi
Langkah
pertama dalam pembelajaran adalah memotivasi para siswa untuk belajar. Kerap
kali ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran,
dan mengemukakan kegunaannya.
2.
Memberitahu
Tujuan-tujuan Belajar
Kejadian
instruksi kedua ini sangat erat kaitannya dengan kejadian instruksi pertama.
Sebagiandari mengaktifkan motivasi para siswa ialah dengan memberitahu mereka
tentang mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan
mereka pelajari. Memberi tahu tujuan belajar juga menolong memusatkan perhatian
para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.
3.
Mengarahkan Perhatian
Gagne
mengemukakan dua bentuk perhatian. Bentuk perhatian pertama berfungsi untuk
membuat siswa siap menerima stimulus-stimulus. Bentuk kedua dari perhatian
disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memperoleh informasi yang mana
yang akan diteruskan ke memori jangka pendek, cara ini dapat ditolong dengan
cara mengeraskan suara pada suatu kata atau menggaris bawah suatu kata atau
beberapa kata dalam satu kalimat.
4.
Merangsang Ingatan
Menurut
Gagne bagian yang paling kritis dalam proses belajar adalah pemberian kode pada
informasi yang berasal darimemori jangka pendek yang disimpan dalam memori
jangka panjang. Guru dapat berusaha untuk menolong siswa-siswa dalam mengingat
atau mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang itu.
Cara menolong ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaanpada
siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan.
5.
Menyediakan Bimbingan
Belajar
Untuk
memperlancar masuknya infomasi ke memori jangka panjang, diperlukan bimbingan
langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi
verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara mengkaitkan informasi baru
itu dengan pengalaman siswa.
6.
Meningkatkan Retensi
Retensi
atau bertahannya materi yang di pelajari (jadi tidak terlupakan) dapat
diusahakan oleh guru dan siswa itu sendiri dengan cara sering mengulangi
pelajaran itu. Cara lain adalah dengan memberi banyak contoh, menggunakan
tabel-tabel, menggunakan diagram-diagram dan gambar-gambar.
7.
Melancarkan Transfer
Belajar
Tujuan
transfer belajar adalah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi baru.
Untuk dapat melaksanakan ini para siswa tentu diharapkan telah menguasai
fakta-fakta, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan.
8.
Mengeluarkan Penampilan
dan Memberikan Umpan Balik
Hasil
belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri
mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu sebaiknya guru tidak
menunggu hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan
sedini mungkin pada siswa untuk memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat
diberi umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar.
Cara-cara yang dilakukan adalah pemberian tes atau mengamati prilaku siswa
umpan balik bila bersifa positif menjadi pertanda bagi siswa bahwa ia telah
mencapai tujuan belajar.
“ Skinner membuat
eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang
telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi
dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan, penampung
makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri
listrik. Jelaskan pendapat saudara, apa saja yang
diperoleh Skiner berdasarkan skiner box
tersebut, dan bagaimana bila hasil skiner box tersebut setelah digunakan untuk
manusia “
Aplikasi Teori Skinner
Teori Penguatan
B.F. Skinner (Gredler, 2012, hal. 14) berkebangsaan Amerika
dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung
(directed instruction) dan meyakini bahwa perila ku dikontrol melalui proses operant
conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru
secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill) dan latihan
(exercise). Manajemen kelas menurut Skinner adalah berupa usaha
untuk memodifikasi perilaku (behavior modification) antara lain dengan
penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan pada perilaku yang tidak tepat. Operant Concitioning atau pengkondisian operan
adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif)
yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan. Skinner
lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif
tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman harus
diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang
sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar
respon yang sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang pebelajar perlu
dihukum karena melakukan kesalahan. Jika pebelajar tersebut masih saja
melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak
mengenakkan pebelajar (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan
pengurangan ini mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah
yang disebut penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan
positif (positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon.
Namun bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah
mengurangi agar memperkuat respons Perilaku operan adalah perilaku yang dipancarkan
secara spontan dan bebas berbeda dengan perilaku responden dalam pengkondisian
Pavlov yang muncul karena adanya stimulus tertentu. Contoh perilaku operan yang
mengalami penguatan adalah: anak kecil yang tersenyum mendapat permen oleh
orang dewasa yang gemas melihatnya, maka anak tersebut cenderung mengulangi
perbuatannya yang semula tidak disengaja atau tanpa maksud tersebut. Tersenyum
adalah perilaku operan dan permen adalah penguat positifnya.
1. Hasil belajar harus segera
diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
2. Proses belajar harus
mengikuti irama dari yang belajar
3. Materi pelajaran,
digunakan sistem modul.
4. Dalam proses pembelajaran,
lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
5. Dalam proses pembelajaran,
tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari
adanya hukuman.
6. Tingkah laku yang
diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
7. Dalam pembelajaran,
digunakan shaping.
B. Aplikasi Teori Skinner Terhadap
Pembelajaran
1. Bahan yang dipelajari
dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2. Hasil berlajar harus
segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
3. Proses belajar harus
mengikuti irama dari yang belajar.
4. Materi pelajaran digunakan
sistem modul.
5. Tes lebih ditekankan untuk
kepentingan diagnostic.
6. Dalam proses pembelajaran
lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7. Dalam proses pembelajaran
tidak dikenakan hukuman.
8. Dalam pendidikan
mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar tidak
menghukum.
9. Tingkah laku yang
diinginkan pendidik diberi hadiah.
10. Hadiah diberikan kadang-kadang
(jika perlu).
11. Tingkah laku yang
diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12. Dalam pembelajaran
sebaiknya digunakan shaping.
13. Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan
tingkah laku operan.
14. Dalam belajar mengajar menggunakan
teaching machine.
15. Melaksanakan mastery learning yaitu
mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau
tamat sekolah dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat,
administrasi kompleks
C.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Skinner
1.Kelebihan
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.
2. Kekurangan
Tanpa
adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi
kurang mengerti tentang sebuah k edisiplinan.
hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan
melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa
Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik
adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak
perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan.
Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan,
cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.
Selain
itu kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi
pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak
menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai
dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak
penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya
penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau
olahraga.
2. Teori Kondisioning
a.
Belajar
itu adalah tingkah laku.
b.
Perubahan
tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan
dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
c.
Hubungan
yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau
sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya
dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
d.
Data
dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi
yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Menurut Skinner (Santrock, hal. 272) unsur yang
terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman
(punishment).Penguatan dan Hukuman. Penguatan (reinforcement) adalah
konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Menurut Skinner penguatan berarti memperkuat,
penguatan dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.
Penguatan positif adalah penguatan
berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan
stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah
berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan
kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau
penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).
b.
Penguatan
negatif, adalah pe nguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan
(tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain:
menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan
perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman(Santrock, hal. 274)
Satu cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman
A.Penguatan positif.
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang
bagus Konsekuensi Guru
menguji murid Prilaku kedepan Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Daftar Pustaka
(Depdiknas, 2. (2005). TEORI Belajar dan Pembelajaran .
Ali
Muhammad H, D. (2008). Guru dalam Proses Belajara Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Dahar,
R. W. (2012). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dimyati. (2005).
Gredler,
M. E. (2012). Learning and Intruction. Jakarta: Kecana prenada Media Grouf.
Rumate,
A. D. (2005). Strategi Kognitif dalam pembelajaran. Jakarta: Universitas
Hasanudin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar